RESOURCESASIA,ID, TARAKAN – PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field berhasil mengembangkan inovasi pengolahan sampah plastik dalam mendukung budi daya rumput laut ramah lingkungan melalui Program Aliansi Kerja Bebas Sampah (Akar Basah) di Pantai Mamolo, Kelurahan Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Dalam program ini, sampah pelastik di olah menjadi pelampung rumput yang ramah lingkungan.
Sebagai daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mememiliki masalah pada jutaan limbah sampah yang dihasilkan dari pelampung rumput laut tidak terpakai, yaitu botol plastik.
PEP Tarakan Field hadir dan bersinergi dengan pemangku kepentingan antara pemerintah Kabupaten Nunukan, melalui program Akar Basah serta masyarakat setempat. Sampah plastik menjadikan inovasi utama program ini mengingat masalah sampah plastik yang kerap menjadi pencemaran lingkungan khususnya di laut karena sifatnya yang tidak mudah terurai.
Program ini menjadi salah satu bentuk dukungan PEP Tarakan Field terhadap kampanye Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Beat Plastic Polution.
PEP Tarakan Field Manager Cahyo Tri Mulyanto menjelaskan bahwa Program Akar Basah bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dimulai pada tahun 2021 merupakan wujud implementasi kebijakan perusahaan terkait operasi migas ramah lingkungan sekaligus tanggapan atas persoalan lingkungan berupa sampah plastik dan tantangan pembangunan di Kalimantan Utara, Kamis (16/11).
“Sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 3000 ton rumput laut per bulan, petani rumput laut di Kabupaten Nunukan selama ini menggunakan 1,2 ton botol plastik per hari untuk bentangan rumput laut. Namun karena botol plastik ini tidak bertahan lama maka botol plastik yang sudah tidak terpakai menjadi sampah plastik yang luar biasa banyaknya,” jelas Cahyo.
Menurut Cahyo, perusahaan melihat potensi yang sangat besar untuk memanfaatkan sampah plastik ini menjadi solusi atas kebutuhan petani dalam budidaya rumput laut, yaitu dengan mengubahnya menjadi pelampung dan media tanam rumput laut yang ramah lingkungan.
“Di program ini, sampah plastik jenis HDPE diolah dengan mesin moulding menjadi pelampung budidaya rumput laut yang ramah lingkungan, sehingga menggantikan botol bekas yang selama ini dipakai oleh petani untuk bentangan rumput laut. Ini merupakan inovasi pengolahan sampah plastik pertama di Kalimantan Utara,” tambahnya.
Cahyo mengatakan produk pelampung dari botol plastik bekas ini mendapat sambutan positif dari para nelayan. “Konsumen dari pelampung ini datang dari nelayan Sulawesi, Maluku, Gorontalo. Mereka senang dengan adanya pelampung ini karena lebih tahan lama dan tidak mencemari lingkungan,” ujar Cahyo.
“Program Akar Basah merupakan salah satu wujud komitmen Pertamina sebagai perusahaan BUMN untuk memberikan kontribusi aktif dalam pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Kami sangat mengapresiasi kelompok masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Nunukan yang telah proaktif dan berkomitmen hingga sinergi ini dapat berjalan dengan baik”, tambah Cahyo.
Cahyo berharap kedepan PEP Tarakan Field tentu saja menjaga lingkungan dan industri migas tidak bisa terpisah dengan masyarakat. Karena kita sangat menghindari terjadinya polusi maupun limbah. Maka industri ini hadir pun harus bermafaat dengan masyarakat, salah satunya peduli terhadap lingkungan, kita harus punya inisiatif, inovatif, dan improve karena kita tinggal di pulau terluar, terdepan dan terpesisir menjadikan centra produksi rumput laut terbesar di Indonesia terjaga dengan inovasi program Akar Basah dapat melestarikan lingkungan menjaga citra perusahaan dan majaga citra Tarakan dan Nunukan khususnya.
Head Communication Relations & CID Zona 10, Dharma Saputra menyatakan bahwa program ini memiliki potensi yang besar untuk dapat diintegrasikan dengan program TJSL lainnya, seperti berkolaborasi dengan Kubedistik dalam pemanfaatan cacahan biji sampah plastik untuk menjadi isi kursi bean bag dengan motif batik Tarakan.
“Sejumlah manfaat telah dirasakan oleh masyarakat sejak adanya program ini, karena berhasil menjawab tantangan pembangunan pada aspek lingkungan dan sosial di Kabupaten Nunukan, yaitu dengan pengurangan sampah plastik di pesisir Nunukan sekaligus memperbaiki ekosistem bawah laut. Sementara pada aspek sosial, Akar Basah telah mengubah pola praktek budidaya menjadi lebih ramah lingkungan,” ujar Dharma.
Ketua asosiasi petani rumput laut kabupaten Nunukan dan Lokal Hero Akar Basah, Habir, menjelaskan bahwa masa guna pelampung yang dihasilkan oleh Program Akar Basah, bisa mencapai 8 bulan sehingga menghasilkan efisiensi biaya, waktu dan tenaga bagi petani rumput laut.
“Melalui program ini telah membantu kelompok dengan pendapatan rata-rata hingga Rp. 175.000.000,- per tahun. Sementara itu, sejak menggunakan pelampung hasil inovasi Program Akar Basah, sampah plastik telah berhasil turun hingga 3,3 ton yang dipakai sebagai bahan baku pelampung, dan sebanyak 120 kg cacahan sampah plastik juga telah dimanfaatkan,” imbuh Habir.
BACA JUGA : Ada Kampung Kopi Luwak di Kutai Kartanegara
Selain itu, ada sekitar 6.000 kepala keluarga menjadi petani rumput laut di Kabupaten Nunukan. Dengan melibatkan masyarakat mengutip sampah botol plastik dan mengolah menjadi pelampung ada efesiensi sebesar Rp 75 juta/tahun bagi petani rumput laut,” kata Habir.
Habir, petani rumput laut di Kabupaten Nunukan, khususnya wilayah Mamolo, memberikan apresiasinya kepada Pertamina yang telah memberikan respon aktif mengenai kondisi sampah yang dihadapi, serta dukungan yang diberikan juga oleh Pemerintah Kabupaten Nunukan.
“Harapan kami dengan adanya inovasi pelampung bola rumput laut yang ramah lingkungan ini, dapat membantu mengurangi jumlah sampah plastik yang ada, karena kami menyadari apabila tidak ada upaya pencegahan dalam melestarikan lingkungan, maka sampah pelampung botol plastik tersebut dapat merusak budidaya rumput laut tempat kami mencari nafkah,” ungkap Habir.
Lanjut Habir, kami selaku mitra semoga Pertamina tidak bosan bosan memberikan pembinaan kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung. Persoalan sampah plastikini cukup menjadi perhatian bagi kami di wilayah pesisir maka dengan memanfaatkan sampah botol plastik kita bisa menjaga pelestarian lingkungan dan ekositem laut. Harapan kami dengan inovasi Akar Basah bisa menjadi contoh untuk temen-temen di daerah lain.
Sementara itu, Manager Communication relation & CID PHI Dony Indrawan menyampaikan komitmen perusahaan untuk terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menjalankan program-program CSR yang inovatif dan mampu menjawab persoalan sehingga dapat dijalankan secara berkelanjutan.
”Dalam program Akar Basah, kami berkolaborasi dengan petani dan juga mitra binaan kami lainnya. Kami mengajak petani rumput laut untuk meningkatkan kesadaran dalam mengelola sampah plastik dan meningkatkan keterampilan masyarakat di wilayah tersebut dalam mengelola sampah,” ungkap Dony.
Dony menambahkan bahwa hasil kajian dampak yang dilakukan menunjukkan bahwa Program Akar Basah telah sejalan dengan langkah mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yaitu tujuan 12 tentang produksi dan konsumsi yang berkelanjutan dan tujuan 14 tentang ekosistem laut.
BACA JUGA : Pertamina EP Sangasanga Field Gelar Bersih Sungai Bersama Pemangku Kepentingan di Sanga-Sanga Dalam
“Selain itu, program ini juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya perusahaan untuk menajalankan operasi migas ramah lingkungan dengan melibatkan masyarakat dalam mendukung mitigasi perubahan iklim, pelestarian lingkungan, dan pengurangan emisi,” tandasnya.
PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field merupakan bagian dari Subholding Upstream Pertamina Regional 3 yang dinakhodai oleh PHI. Dalam menjalankan pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip ESG (Environment, Social, Governance), PEP Tarakan Field bersama anak perusahaan dan afiliasi PHI lainnya menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang inovatif di bidang Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Infrastruktur dan Tanggap Bencana guna mendukung pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan pencapaian Sustainability Development Goals (SDGs). (Rama Julian Saputra)
Foto : Dok resourcesasia.id