RESOURCESASIA.ID, KUTAI KARTANEGARA – PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU) terus konsisten melakukan inovasi program pemberdayaan masyarakat. Salah satunya melalui pengoptimalan potensi daerah, yakni komoditi kopi.
Bersama SKK Migas, PHKT menginisiasi Program Penguatan Ekologi Kampung Kopi Luwak melalui pengembangan Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu). PHKT memulai program pengembangan Kopi Luwak Kapak Prabu Liberika di Desa Prangat Baru, Marangkayu, Kutai Kartanegara, tahun 2020. Ini menjadi satu-satunya di Kalimantan Timur.
Menurut Rindoni, selaku Ketua Kelompok Tani Kopi Prabu, hingga tahun 2022, Kapak Prabu telah menanam 13.560 bibit kopi Liberica di atas lahan seluas 27 hektar. Selain di lahan milik Rindoni, juga tersedia tanah untuk 34 anggota grup Kopi Prabu lainnya.
“Jumlah tersebut belum termasuk puluhan warga dari dua tetangga Desa Prangat Baru yang telah bergabung,” ujarnya.
BACA JUGA : Peringati Hari Konservasi Alam Nasional, Grup PHI Berkolaborasi Dengan Kebun Raya Balikpapan
Lebih lanjut, Rindoni menyebutkan bahwa sejak bermitra dengan PHKT maupun pemerintah di level kabupaten maupun provinsi, produk kopi Kapak Prabu semakin dikenal oleh masyarakat sehingga permintaan pun meningkat.
Seiring dengan rilisnya yang masif, permintaan Kopi Liberika maupun Kopi Luwak saat ini cukup besar. Apalagi, jenis kopi Liberika maupun Luwak termasuk langka, sehingga banyak yang penasaran.
“Berkat bantuan PHKT dan eksposure media, kini kami makin dikenal hingga mancanegara, bahkan menjadi salah satu program unggulan dari pemerintah Kutai kertanegara,” ungkapnya.
PHKT selalu memberikan pendampingan dan beragam pengembangan di bidang kopi. Salah satunya melalui program Coffee Village. Sejumlah pelatihan telah diberikan baik terkait kopi, maupun pendampingan di bidang lainnya terkait teknologi dan wisata.
“Berkat pendampingan dan pengembangan yang didukung oleh PHKT, selama beberapa tahun ini sudah cukup banyak tamu yang berkunjung dan belajar tentang Kopi Luwak dan Liberika di Kapak Prabu, baik pemerintahan, lembaga, hingga universitas lokal, nasional, maupun asing,” ujar Rindoni.
Head of Communication, Relations & CID (CRC) PHKT, Dharma Saputra, mengatakan pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas serta kemandirian seluruh mitra binaan. Hal ini dibuktikan dengan terus dilakukannya upaya pendampingan serta memberikan dukungan berupa pengembangan kapasitas moril maupun materil kepada mitra binaan.
“Bersama petani lokal di bawah pak Rindoni, kami terus menjalin diskusi dan kerja sama terkait pengembangan program Kapak Prabu agar kebermanfaatannya dapat dirasakan secara luas di masyarakat,” ujar Dharma.
Wisata Ekologi
Manager CRC PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), Dony Indrawan menyatakan bahwa PHI-Regional 3 Kalimantan berkomitmen menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung pengembangan dan kemandirian masyarakat. Ini selaras dengan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Selain pendampingan, kami juga memberikan bantuan berupa alat pemanggang kopi (coffee roaster) dan memasang solar panel di rumah produksi kopi sebagai bagian dari komitmen kami untuk green energy “ ungkap Dony.
Program Kapak Prabu tidak hanya mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi, namun juga mampu memberikan kontribusi serapan karbon 266,5 ton C02 dan pelepasan 416 ton gas 0² melalui penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Ke depannya, PHKT berencana untuk mengembangan desa wisata ekologi di Kawasan Marangkayu, Kutai Kartanegara. Apalagi, saat ini, pengembangan Kopi Luwak di daerah ini masih secara alami, artinya, luwak yang ada di lokasi ini bukanlah hasil penangkaran, tetapi memang luwak liar di sekitar perkebunan.
“Jadi dengan adanya wisata ekologi, paradigma masyarakat bahwa luwak adalah hama dapat diubah, menjadi luwak adalah hewan yang harus dilindungi kelestariannya karena bisa menghasilkan nilai ekonomis tinggi dari biji kopi yang dimakannya,“ ujar Dony. (Rama)
Foto : Dok PHI