RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Eramet menyatakan siap berkontribusi dalam memperkuat pertumbuhan berkelanjutan Indonesia dengan menjadi mitra terdepan Pemerintah. Dukungan ini disampaikan karena melihat Indonesia sebagai produsen bijih nikel dan eksportir nikel matte terbesar di dunia serta siap untuk terus memimpin pasar nikel global.
Penegasan itu disampaikan oleh Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour dalam, di ajang The 3rd Nickel Producers, Processors & Buyers Conference yang digelar di Jakarta, Selasa (7/5). Forum ini dihadiri Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba, Irwandy Arif, dan beberapa CEO perusahaan pertambangan nikel, smelter nikel, inovator baterai kendaraan listrik, serta ahli terkemuka domestik dan mancanegara untuk membahas masa depan industri nikel.
Dalam forum ini, Bruno membahas “Indonesia’s Nickel Transformation: Boom and Beyond,” yang menelusuri perkembangan pesat industri nikel Indonesia dan mengeksplorasi prospek pertumbuhan jangka panjang dalam dinamika rantai pasokan baterai kendaraan listrik global.
“Kenaikan Indonesia ke posisi terdepan di pasar nikel global tidak dicapai sendiri. Namun merupakan hasil dari berbagai faktor dan dukungan pemerintah memegang peran yang penting. Dukungan ini untuk memastikan terciptanya lingkungan yang kondusif dalam industri nikel, sehingga memberdayakan Indonesia untuk menegaskan posisinya sebagai pemain utama di panggung global,” ungkapnya.
Di sesi diskusi, Bruno menegaskan kesiapan Eramet untuk menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan visi tersebut. Dengan membangun kolaborasi yang erat antara sektor swasta dan pemerintah, Eramet yakin Indonesia dapat terus memimpin di pasar nikel global.
BACA JUGA:
Eramet Jalin Kemitraan Mineral Kritis dengan Badan Geologi di Indonesia
Lebih lanjut, dia menekankan pentingnya pendekatan strategis untuk memahami potensi Indonesia dalam rantai pasok industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Dalam upaya ini, Eramet secara aktif menjalin kemitraan dengan berbagai pihak sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem kendaraan listrik global.
“Sektor nikel saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan bersama, baik yang bersifat lokal maupun internasional. Ini merupakan bagian integral dari menjalankan bisnis. Meski demikian, kami tetap berkomitmen untuk tidak hanya memajukan bisnis, tetapi juga turut serta berkontribusi dalam pembangunan Indonesia,” ujar Bruno.
Meski begitu, dia menyoroti tantangan utama yang perlu diatasi dalam mewujudkan visi tersebut. Tantangan ini mencakup upaya untuk menjamin kesuksesan transisi energi sambil menjaga dan memulihkan keseimbangan antara manusia dan alam. Hal ini menjadi semakin penting dalam menghadapi dampak lingkungan dari aktivitas industri dan pertambangan serta menjadi landasan bagi pertumbuhan berkelanjutan di masa depan.
Lebih lanjut, Bruno menyatakan bahwa penerapan praktik pertambangan yang bertanggung jawab, seperti pemulihan lahan pasca-tambang dan perlindungan lingkungan, menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan sektor ini. Dengan mengadopsi standar keberlanjutan yang ketat, seperti yang diatur oleh IRMA, IFC, atau standar lainnya, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam industri nikel.
“Langkah-langkah ini tidak hanya akan meningkatkan reputasi Indonesia sebagai pelaku utama yang bertanggung jawab, tetapi juga akan membantu mengamankan pangsa pasarnya di tengah persaingan global yang semakin ketat,” tegasnya.
Menurut Bruno, di seluruh wilayah operasinya, Eramet menerapkan standar tinggi dalam hal pertambangan yang bertanggung jawab. Eramet telah bergabung dengan Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) dan berkomitmen untuk mengaudit seluruh lokasi tambang aktifnya pada tahun 2027. (RA)
Foto: Eramet