Monday , 17 March 2025
Home / ENERGI TERBARUKAN / Wujudkan Bisnis Hijau, OJK-BEI Dorong Pelaku Usaha Manfaatkan Bursa Karbon

Wujudkan Bisnis Hijau, OJK-BEI Dorong Pelaku Usaha Manfaatkan Bursa Karbon

RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan bursa karbon sebagai salah satu upaya mendukung bisnis lebih bersih dan berkelanjutan.

Besarnya potensi ekonomi bursa karbon atau IDX Carbon dinilai sangat prospektif sehingga menjadi peluang bagi pelaku usaha di masa transisi energi yang salah satunya dilakukan dengan pengurangan emisi karbon.

“Ditinjau dari sisi jumlah karbon di Indonesia, pengembangan bursa karbon ini masih bisa terus ditingkatkan,” kata Deputi Komisioner Pengawas Emiten, Transaksi Efek, dan Pemeriksaan Khusus OJK, Djustini Septiana dalam IDX Carbon Update, Kamis (4/7/2024).

Menurut data pada laman IDX Carbon, hingga Rabu (3/7/2024), jumlah unit karbon yang tersedia di IDX Carbon mencapai 1,34 juta ton CO2 ekuivalen, sedangkan jumlah partisipan mencapai 67 pengguna jasa karbon.

Unit karbon di IDX Carbon berbentuk Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK). Melalui 2 project penurunan emisi, unit SPE-GRK di Pasar Reguler terkelompok dalam Indonesia Technology Based Solution (IDTBS).

Secara year-to-date (YTD) atau sepanjang 2024 per akhir Juni 2024, nilai perdagangan karbon di IDX Carbon mencapai Rp5,88 miliar, dengan volume 114.486 ton CO2 ekuivalen.

Adapun sejak diluncurkan pada 26 September 2023, nilai perdagangan karbon mencapai Rp36,7 miliar, dengan volume 608.000 ton CO2 ekuivalen. Djustini menyebut, upaya pengembangan IDX Carbon diharapkan dapat menarik pengguna jasa yang menawarkan sertifikat pengurangan karbon. Ini juga berlaku bagi pembeli yang ingin meng-offset karbon yang dikeluarkan.

BACA JUGA:

Pertamina NRE Targetkan Akuisisi Produsen Bioetanol Tahun Ini

“Kami berupaya untuk terus menunggu beberapa inisiasi, dan mengoptimalkan pengembangan dari pasar dalam negeri,” ujar Djustini.

Sementara itu, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New and Renewable Energi (NRE) Fadli Rahman mengatakan, pada prinsipnya bursa karbon  akan mendorong perusahaan untuk menjalankan praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. Melalui bursa karbon, perusahaan yang bisa mengurangi gas rumah kaca bisa menghasilkan surplus karbon yang bisa dijual sehingga meningkatkan profitabilitas.

“Kita perlu mensosialisasikan pentingnya bursa karbon dan juga memberikan awareness kepada banyak customer. kami selalu siap bursa karbon dalam menyediakan tidak hanya suplai dari carbon kreditnya sendiri tapi potensi-potensi untuk customer yang akan membeli karbon kredit baik dari pertamina maupun luar pertamina,” ujar Fadli pada acara yang sama.

Seperti diketahui, Pertamina NRE merupakan perusahaan pertama yang menyuplai kredit carbon di di bursa karbon atau IDX Carbon. Sejak diluncurkan Pada tahun lalu, hingga saat ini Pertamina NRE telah menjual 561.000 tC02e karbon kredit di Indonesia. Pasokan bursa karbon Pertamina NRE berasal dari Pertamina Geothermal Energi Lahendong Unit 5 dan 6.

Masih Jauh Dari Harapan
Direktur Pengawasan Bursa Karbon OJK Lufaldy Ernanda yang menjadi nara sumber pada acara IDX Carbon Update  mengatakan bahwa nilai transaksi bursa karbon masih jauh dari ekspektasi dan potensi kredit karbon di Indonesia yang mencapai Rp3.000 triliun.

“Kalau dikomparasikan dengan ekspektasi kita, terus terang masih jauh. Jadi kita sampaikan secara overall, kita memang melihat perkembangannya masih sangat lambat,” ujar pria yang akrab disapa Aldy itu.

Lufaldy menyoroti bahwa supplier karbon yakni Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT PLN Nusantara Power, yang keduanya berasal dari sektor energi.  Aldi mengatakan, pihaknya menginginkan supplier berasal dari sektor lain, tetapi belum tercapai karena keterbatasan waktu sebelum bursa karbon meluncur.

Menurut dia, OJK dan stakeholders terkait sudah cukup agresif mendorong bursa karbon sebagai pasar sekunder. Dari segi infrastruktur dan teknologi, semuanya sudah memadai.

Pada kesempatan yang sama,  Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan bahwa bursa karbon ini memang hal yang baru, masih dibutuhkan pemahaman.

Meskipun perdagangannya masih jauh dari ekspektasi, Jeffrey memandang sisi positifnya, bahwa volume transaksi di IDX Carbon sudah hampir tiga kali lipat melebihi bursa karbon Malaysia yang diluncurkan sembilan bulan lebih awal.

“Tentunya, dalam konteks itu, kita tidak berkecil hati. Tetapi kalau itu kita bandingkan dengan potensi riil kita, memang masih sangat kecil. Itu membuat kita jauh lebih semangat kedepannya. Potensi kita jauh lebih besar, kita mensyukuri tapi jauh lebih semangat,” ujarnya.

Dia juga mengungkapkan salah satu upaya BEI untuk mendorong perdagangan karbon, yakni dengan mengajak perusahaan tercatat dan emiten untuk masuk ke Net Zero Incubator yang akan segera digelar. (Rama Julian)

Foto: Dok PNRE

About Resourcesasia

Resources Asia.id adalah portal berita yang menginformasikan berita-berita terkini dan fokus pada pemberitaan sektor energi seperti minyak dan gas bumi (migas), mineral dan batubara (minerba), kelistrikan, energi terbarukan (ebt), industri penunjang, lingkungan, CSR, perindustrian dan lainnya.

Check Also

Elnusa Dukung Ketahanan Energi Nasional Melalui Kinerja Solid dan Inovatif di 2024

RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – PT Elnusa Tbk (Elnusa, IDX: ELSA), anak usaha PT Pertamina Hulu Energi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *