RESOURCESASIA.ID, JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kembali berikan kontribusi untuk membantu generasi muda dalam menyiapkan kebutuhan skillnya. Kali ini, SKK Migas melalui kegiatan temu netizen Ngopi Ngegas dengan topik “Kebutuhan Skill Millenial di Era Industri 4.0” memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengetahui perkembangan dunia kerja di masa yang akan datang, termasuk didalamnya industri hulu migas yang sudah menerapkan revolusi industri 4.0.
Kegiatan Ngopi Ngegas diselenggarakan secara virtual (27/7) dengan menghadirkan narasumber Heri Margono Tenaga Ahli SKK Migas, Sharlini Eriza Putri CEO Nusantrics dan Yoris Sebastian Founder & Creative Thinker of OMG Consulting/co-founder Inspigo. Kegiatan diikuti oleh 500 netizen dari berbagai penjuru tanah air.
Perkembangan teknologi digital yang didukung dengan perkembangan akses internet yang semakin cepat, akan merubah cara perusahaan melaksanakan operasional pekerjaannya. SKK Migas sejak tahun 2019 telah mulai melakukan transformasi secara digital diberbagai aspek operasional. Untuk kegiatan perizinan telah dilakukan secara digital melalui layanan one door service policy (ODS). Bahkan saat ini hampir keseluruhan operasional utama hulu migas sudah terintegrasi dan terpantau melalui integrated operation center (IOC) seperti pemboran, operasional produksi, monitoring pengapalan, monitoring lifting, inventory dan lainnya. Untuk proses pengadaan barang dan jasa sudah dilakukan secara digital pula melalui centralized integrated vendor database (CVID) dan lainnya.
“Digitalisasi proses di SKK Migas merupakan bagian dari implementasi rencana dan strategi Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0 untuk mewujudkan target jangka panjang 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barrel dan gas 12 BSCFD. Peran sumber daya manusia sangat besar dalam setiap proses dan setiap jenjang digitalisasi yang dilaksanakan oleh SKK Migas maupun kontraktor kontrak kerja sama (KKKS)”, kata Heri Margono di acara Ngopi Ngegas di Jakarta (27/7).
Sebagai industri yang padat teknologi, hulu migas menjadi salah satu industri yang telah menerapkan konsep industri 4.0. Untuk mendorong kesiapan SDM, SKK Migas melalui career development monitoring yang didalamnya ada beberapa program seperti competency management, industrial relation system, manpower planning, dan lainnya, SKK Migas terus mendorong kompetensi pekerja hulu migas.
“Targetnya produktivitas akan meningkat, sehingga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan efisiensi dan daya saing industri hulu migas. Melalui program tersebut, SKK Migas dapat menempatkan sumber daya putra/putri Indonesia di perusahaan migas asing sehingga teknologi yang ada bisa dipelajari dan diterapkan. Melalui kegiatan knowledge sharing, teknologi tersebut juga akan didorong diterapkan di industri hulu migas yang lain sehingga mendorong peningkatan kompetensi pekerjanya” kata Heri.
“Untuk menyiapkan generasi muda yang kedepannya bisa berkiprah di industri hulu migas, SKK migas telah menyelenggarakan program PKL, Tugas Akhir, Magang & CO-OP Education. Ini juga merupakan dukungan hulu migas dalam implementasi link & match antara industri dan perguruan tinggi, serta dukungan terhadap kegiatan merdeka belajar – kampus merdeka”, imbuh Heri.
Sedangkan Yoris Sebastian menyampaikan bahwa Covid-19 yang membuat pekerjaan dilaksanakan secara work from home (WF) telah memaksa percepatan implementasi digital. Tentu saja ini membutuhkan skill serta dukungan infrastruktur. “Percepatan penguasaan kemampuan bekerja secara digital akan membantu generasi muda menambah skillnya. Karena kedepannya persaingan dunia kerja semakin ketat, persaingan tidak hanya sesama manusia tetapi juga robot’.
“Ada pekerjaan yang akan lebih efisien jika dilakukan oleh robot, hal ini tidak bisa dihindari. Generasi muda harus menambah kemampuan softskillnya seperti analytical thinking, problem solving. Kemudian harus melakukan active learning dan meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, erta kemampuan berkolaborasi”, pungkas Yoris.
Manusia yang menciptakan teknologi, tidak perlu mengkhawatirkan teknologi. Kemampuan berpikir, daya inovasi, kemampuan beradaptasi adalah hal yang harus dimiliki manusia. CEO Nusantrics menegaskan bahwa teknologi bukan jawaban, tapi bisa juga menjadi simalakama Ada berbagai macam teknologi, kita harus bisa memilih mana yang tepat. “Di hulu migas ada teknologi injeksi uap EOR dan lainnya, namun teknologi tersebut kemungkinan hanya bisa mengambil 30% dari potensi hulu migas. Mencari teknologi yang lain tentu harus dilakukan, termasuk teknologi yang berasal dari alam. Di luar negeri sudah mulai dilakukan penggunaan biotechnology dalam hulu migas dengan menggunakan bakteri, mikroorganisme untuk dapat mengangkat minyak yang ada di dalam tanah”.
Melihat potensi hulu migas yang masih besar, dari 128 cekungan dengan yang sudah berproduksi sebanyak 20 cekungan. Sedangkan dari potensi konsumsi, kebutuhan migas terus meningkat setiap tahun. Untuk minyak, menurut rencana umum energi nasional (RUEN) di tahun 2050 kebutuhan minyak akan mencapai sekitar 3,97 juta barel. (RJS)
Foto: DOK SKK MIGAS