RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – PT TIMAH Tbk (“Perseroan”; IDX: TINS) mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk periode yang berakhir 31 Maret 2024.
Ditengah ketidakpastian kondisi global, penurunan stok di bursa LME dan Shanghai serta gangguan politik di negara-negara pengekspor logam timah menghambat rantai pasokan logam timah secara global sehingga menjadi salah satu penyebab kenaikan harga logam timah dunia di bursa LME.
Momentum tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Perseroan seiring dengan upaya meningkatkan kinerja produksi dan operasi secara signifikan ditengah perbaikan tata kelola pertimahan di Indonesia sehingga Perseroan berhasil mencatatkan laba positif.
“Fokus Perseroan pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan serta program efisiensi berkelanjutan secara perlahan berimbas pada perbaikan kinerja keuangan Perseroan sehingga membukukan laba positif di kuartal I 2024 seiring perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah Indonesia.” ujar Fina Eliani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT TIMAH Tbk, Selasa (30/04/2024), di Jakarta.
Kinerja Operasi Sampai dengan kuartal 1 2024, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 5.360 ton atau naik 29,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4.139 ton. Adapun produksi logam naik 12,7% menjadi 4.475 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3.970 ton, sementara penjualan logam timah turun 17% menjadi 3.524 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4.246 ton.
Harga jual rata-rata logam timah sebesar USD27.071 per metrik ton atau naik 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD26.573 per metrik ton. Dalam kurun waktu tersebut, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 91% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Singapura 22%; Korea Selatan 14%; Amerika Serikat 11%; Jepang 9%; India 8% dan Belanda 8%.
BACA JUGA:
Kisah Nelayan Karimun Sukses Budi Daya Ikan Kakap Putih Berkat Bantuan Grup MIND ID PT Timah
Kinerja Keuangan Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp2,06 triliun menurun 5,3 % dari Rp2,17 triliun di kuartal I 2023 ditengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 1,9% dari USD26.573 per metrik ton di kuartal I 2023 menjadi USD 27.071 per metrik ton di kuartal I 2024 dan penurunan harga pokok pendapatan sebesar 7,7 % dari Rp1,91 triliun di kuartal I 2023 menjadi Rp1,76 triliun di kuartal I 2024.
Di kuartal I 2024, Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp69,7 miliar lebih tinggi dari kuartal I 2023 sebesar Rp21,3 miliar dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp335 miliar atau 101% dari kuartal I 2023 sebesar Rp333 miliar. Sehingga, di kuartal I 2024 Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 29,55 miliar.
Posisi nilai aset Perseroan pada kuartal I 2024 sebesar Rp12,82 triliun. Sementara posisi liabilitas sebesar Rp6,46 triliun, turun 2,35% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,61 triliun dikarenakan berkurangnya interest bearing debt dan beban akrual. Posisi ekuitas sebesar Rp6,37 triliun, naik 2,01% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,24 triliun. Indikator keuangan Perseroan menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 23,2%, Current Ratio sebesar 143,5%, Debt to Asset Ratio sebesar 50,3%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 101,4%.
Kondisi saat ini dan prospek ke depan Saat ini, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 12% menjadi USD 29.084 per ton dari harga rata-rata timah CSP di LME selama tahun 2023 sebesar USD 25.959 per ton serta proyeksi harga timah versi Bloomberg di kisaran USD 23.000 – 29.000 per metrik ton.
Sampai dengan kuartal 1 2024, Perseroan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja operasi dan produksi diantaranya optimalisasi produksi tambang laut dan darat, optimalisasi peralatan tambang serta optimalisasi produksi dari sisa hasil pengolahan.
Selanjutnya, Perseroan berupaya mencapai target produksi dengan melakukan beberapa inisiatif strategis seperti peningkatan sumber daya dan cadangan secara organik/anorganik, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer melalui peningkatan recovery, perbaikan tata kelola kemitraan penambangan, optimalisasi produksi melalui percepatan pembukaan lokasi baru serta efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis. (Rama Julian)
Foto: Dok Timah