RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Emiten batu bara terkait crazy rich Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) mencatatkan peningkatan pendapatan menjadi US$1,08 miliar atau setara Rp16,76 triliun (kurs jisdor Rp15.439) sepanjang 2023.
Berdasarkan laporan keuangan, ADMR mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$1,08 miliar atau setara Rp16,76 triliun. Capaian pendapatan tersebut naik 19,58% dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya sebesar US$908,14 juta.
Pendapatan ADMR ditopang oleh penjualan batu bara kepada pihak berelasi sebesar Rp486,09 miliar sementara penjualan kepada pihak ketiga sebesar Rp599,86 miliar. Rincian pelanggan yang memiliki transaksi pendapatan lebih dari 10% dari total pendapatan usaha konsolidasian adalah AIS dan Square Trading Singapore Pte. Ltd.
Christian Ariano Rachmat, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Minerals Indonesia Tbk mengatakan kondisi harga batu bara metalurgi yang kondusif terus mendukung pencapaian ASP kami, dan disertai kenaikan volume dan disiplin biaya, juga meningkatkan profitabilitas. Selain itu, operasi logistik Grup Adaro yang terintegrasi memberikan kinerja dengan sangat baik dalam menghadapi tantangan di Sungai Barito yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca akibat El Nino. Akhirnya, visi kami di Kaltara semakin terealisasi, dengan kemajuan pada konstruksi smelter aluminium dan infrastruktur terkait sesuai yang diharapkan. Kami tetap berada di posisi untuk merampungkannya pada 4Q2025, kata Christian dalam siaran pers, Jumat (01/03/2024), di Jakarta.
Dalam keterangan tertulis, volume produksi tahun 2023 mencapai 5,11 juta ton sedangkan penjualan mencapai 4,46 juta ton, atau masing-masing naik 52% dan 39% dari tahun 2022.
Volume pengupasan lapisan penutup naik 125% menjadi 18,70 juta bank cubic meter, dengan nisbah kupas 3,66x, sedangkan nisbah kupas tahun 2022 tercatat 2,47x.
EBITDA operasional FY23 sebesar $573,50 juta setara dengan kenaikan 17% y-o-y, yang tercapai karena kenaikan volume penjualan. Laba inti naik 23% menjadi $421,02 juta. EBITDA operasional dan laba inti tidak meliputi komponen non-operasional dan komponen yang hanya terjadi satu kali, sehingga mencerminkan kinerja bisnis inti.
Belanja modal FY23 mencapai $134,02 juta seiring berlanjutnya konstruksi smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) serta proyek-proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC).
KAI telah merampungkan penyelidikan tanah, perataan tanah, dan pekerjaan penimbunan untuk fasilitas tanur pembakaran di area smelter aluminium.
Pendapatan usaha pada FY23 naik 20% menjadi $1,09 miliar, karena kenaikan volume penjualan sebesar 39% yang mengimbangi penurunan ASP sebesar 14% dari FY22.
Setelah mengalami penurunan pada 2Q23 dan 3Q23, ASP naik kembali pada 4Q23, seiring kenaikan harga batu bara metalurgi global. Produk batu bara metalurgi ADMR yang berkualitas tinggi dijual ke berbagai produsen baja yang terdiversifikasi, di Jepang, China, India, Indonesia, dan Korea Selatan.
Volume produksi FY23 naik 52% menjadi 5,11 juta ton, berkat ketersediaan alat berat dan kinerja yang baik dari para kontraktor. ADMR mencatat pengupasan lapisan penutup 18,70 juta bcm, atau naik 125% dari FY22, sehingga nisbah kupas FY23 mencapai 3,66x. (RA)
Foto: Dok Adaro Minerals