RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Survei terbaru terhadap mahasiswa Indonesia mengungkapkan, mayoritas responden (71 persen) yakin pekerjaan hijau memberi peluang menarik bagi mereka. Sebanyak 95 persen responden menganggap, krisis iklim merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan segera dan 98 persen setuju pekerjaan hijau dapat berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Kendati demikian, responden juga melihat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengakses pekerjaan hijau yaitu persepsi bahwa pekerjaan hijau bergaji kecil, pemahaman terbatas, prospek yang dianggap tidak menjanjikan, dan keterbatasan keterampilan. Hal ini semakin diperparah dengan informasi tentang pekerjaan hijau yang masih kurang atau bahkan tidak dapat diakses (73 persen) yang berdampak pada minimnya pemahaman masyarakat tentang pekerjaan hijau.
Survei yang diselenggarakan oleh Suara Mahasiswa UI (SUMA UI) dan Yayasan Indonesia CERAH tersebut, diikuti 532 responden mahasiswa aktif tingkat sarjana dan pascasarjana, yang dilakukan pada 25 Juli–12 September 2023. Tujuannya, untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap peluang dan tantangan karier pekerjaan hijau di Indonesia.
BACA JUGA : Investasi Makin Menggeliat, Industri Hulu Migas Indonesia Punya Masa Depan Cerah
“Kita sepakat bahwa agenda transisi energi tidak dapat ditunda, dan Indonesia telah berada dalam jalurnya meskipun target dan capaiannya harus lebih ambisius. Menghadapi fase transisi dari business as usual ke ekonomi hijau adalah dengan menyiapkan para pekerja dan calon pekerja dengan keterampilan hijau. Hasil survei ini menemukan bahwa mahasiswa di Indonesia ingin bergerak ke arah sana. Pemerintah harus membaca tren ini dalam kerangka kebijakan dan supply pasar tenaga kerja,” kata Agung Budiono, Ad Interim Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia CERAH.
Dari survei dilakukan dalam jaringan (daring) tersebut juga terungkap, 83 persen responden merasa pemerintah dan institusi pendidikan belum cukup bahkan tidak mendukung terciptanya peluang karier hijau bagi anak muda, dan 80 persen responden menganggap peran lembaga pendidikan menyediakan pelatihan pekerjaan hijau bagi anak muda, juga masih belum cukup. Sebanyak 60 persen mengaku belum mendapatkan pendidikan, pelatihan, mata kuliah atau kegiatan akademik dan/atau non-akademik yang berkaitan dengan pekerjaan hijau di kampus mereka.
Para responden berasal dari rumpun soshum (52 persen), saintek (33 persen), pendidikan (7 persen), pertanian (5 persen), dan lainnya (7 persen). Hampir semua responden (99 persen) yakin, anak muda punya peran penting mengatasi tantangan krisis iklim melalui karier di bidang pekerjaan hijau. Sejauh ini, sebanyak 72 persen paling banyak terpapar informasi pekerjaan hijau melalui media sosial dan Internet.
Tantangan dan kendala di sektor pekerjaan hijau masih menjadi tugas rumah bagi semua pihak. Sebanyak 58 persen responden menganggap pemerintah dan DPR bertanggung jawab paling besar mengatasi tantangan ini, sementara 15 persen tanggung perusahaan, 14 persen semua pihak dan 13 persen lembaga pendidikan.
Keterlibatan pemangku kepentingan tersebut sangat dibutuhkan, terutama memberikan dukungan untuk mempersiapkan anak muda berkecimpung di pekerjaan hijau. Jenis dukungan paling banyak dipilih berupa pelatihan, informasi mendalam, dan pameran berkaitan dengan pekerjaan hijau di semua sektor. Sektor peminat terbanyak yaitu lingkungan (18 persen), pendidikan (11 persen), pertanian, energi dan ekonomi masing-masing 10 persen.
BACA JUGA : Dukung Energi Hijau, CEO PIS: 146 Kapal PIS Telah Gunakan Biodiesel
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan swasta mesti bekerja sama menciptakan berbagai dukungan dan kesempatan pekerjaan hijau. Sekitar 80 persen responden merekomendasikan agar isu pekerjaan hijau menjadi prioritas kebijakan pemerintah. Sedangkan 90 persen merasa perguruan tinggi juga perlu mengadopsi kurikulum tentang krisis iklim dan pekerjaan hijau.
“Pemerintah melalui Bappenas saat ini sedang menyusun draf Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs. Survei ini kami harapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah tentang hal-hal yang perlu dimuat dalam peta jalan tersebut agar para pekerja kita memiliki keterampilan yang mumpuni menghadapi tantangan transisi energi,” Agung menambahkan. (Rama)
Foto : Dok Resocesasia.id