RESOURCESASIA.ID, BOJONEGORO – Ketahanan energi menjadi faktor penting bagi kelangsungan sebuah negara, untuk itu diperlukan kesadaran dan dukungan seluruh komponen bangsa agar pemenuhan energi di negeri ini tercapai. Demikian disampaikan oleh Spesialis Pratama Dukungan Bisnis SKK Migas Perwakilan Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Wahyu Dono Nur Amboro saat memberikan kuliah umum di Bojonegoro, Jawa Timur pada Selasa (13/12).
Berbicara di hadapan ratusan mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Bojonegoro, Wahyu Dono menyampaikan berbagai aspek yang ada pada industri hulu migas. Menurutnya, industri hulu migas yang berperan memenuhi kebutuhan energi di Indonesia harus mendapatkan dukungan dari seluruh stakeholdernya. Dari mulai tingkat pusat hingga daerah karena kegiatan hulu migas dijalankan untuk kelangsungan ketersediaan energi bagi negara.
9
Maka dari itu, menurutnya kegiatan hulu migas ini perlu terus didukung. “Kita harus bangun bersama. Kenapa kita melakukan sosialisasi kepada mahasiswa melalui kuliah umum ini, tidak lain supaya publik semakin dapat pemahaman yang benar terkait kegiatan hulu migas,” ujar Wahyu. Hal yang menurut Wahyu Dono sangat penting karena kelangsungan industri hulu migas tidak boleh berhenti. Jika berhenti maka akan mempengaruhi ketersediaan energi di masa mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, General Manager Gas Project JTB, Ruby Mulyawan memberikan wawasan tentang Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang saat ini telah mulai memproduksi gas untuk memenuhi kebutuhan energi di kawasan Jawa Timur maupun Jawa Tengah. JTB sejak September lalu telah mengalirkan gas perdananya ke sales metering. “September lalu JTB berhasil melakukan Gas On Stream, suatu milestone yang penting tidak hanya bagi Pertamina tapi juga dalam industri hulu migas Indonesia. Diharapkan nantinya JTB akan dapat memproduksi sekitar 192 MMSCFD setiap harinya,” terangnya.
Dalam pesannya, Ruby memberikan kiat kepada para mahasiswa yang hadir untuk terus bersemangat menimba ilmu selama masa belajarnya. “Selama masih di bangku kuliah, timba ilmu sebanyak-banyaknya, bergaul seluas-luasnya, belajar dari dosen dan senior yang berprestasi, jadikan mereka rujukan dan panduan,” pesannya. Diharapkan, dengan mulai berproduksinya Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru akan semakin memberikan manfaat baik bagi Bojonegoro maupun Indonesia secara umum.
Sementara itu, salah satu peserta dari kampus ISTeK ICsada Bojonegoro, Arinda Dwi Febrianti menyambut antusias kegiatan ini. Menurut Arinda ini merupakan kesempatan pertama kali bagi dirinya dapat mengikuti kegiatan Kuliah Umum tentang industri hulu migas. Dari kuliah ini dirinya mengaku mulai mengetahui tentang industri hulu migas di Indonesia. “Sangat bagus sekali materi dalam kuliah umum ini. Kita jadi tahu tentang industri migas di Indonesia. Jadi tahu tentang SKK Migas dan PEPC. Semoga industri hulu migas semakin berkembang sehingga akan semakin banyak memberikan manfaat,” ungkapnya.
Kegiatan Kuliah Umum SKK Migas dan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 (JTB) ini mengangkat tema Kontribusi Industri Hulu Migas Bagi Ketahanan Energi Nasional. Dihadiri lebih dari 200 mahasiswa serta akademisi dari 7 Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kepada publik bagaimana industri hulu migas berjalan, dikelola dan berkontribusi bagi ketahanan energi nasional, serta efek berganda yang timbul dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Selain berbagi wawasan tentang kegiatan industri hulu migas, kuliah umum ini juga terdapat materi tentang tips bagaimana memasuki dunia kerja secara umum serta persiapan-persiapan yang harus dilakukan.
Diharapkan dengan adanya kegiatan seperti ini dapat memperluas dan memperkuat dukungan seluruh stakeholder pada aktivitas industri hulu migas di wilayah. Disampaikan juga dalam forum kuliah umum bahwa kegiatan industri hulu migas juga memberikan perhatian yang tinggi pada keberlangsungan serta kelestarian lingkungan. Salah satunya ialah kegiatan penanaman pohon dan penghijauan yang secara masif dilakukan baik oleh SKK Migas maupun Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) pada industri hulu migas. (RAMA)
FOTO: DOK JTB