RESOURCESASIA.ID. JAKARTA – Laba bersih PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada 2023 tercatat turun 51,5 persen menjadi Rp6,1 triliun jika dibandingkan 2022. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi perseroan.
Salah satu faktor penyebab susutnya kinerja keuangan Bukit Asam adalah harga komoditas batu bara yang mengalami penurunan. Rata-rata sepanjang tahun lalu harga batu bara US$84,8 per ton. Ini jauh dibawah dari realisasi harga rata-rata sepanjang tahun 2022 yakni sebesar US$127,8 per taon.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, beberapa tantangan itu di antaranya koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Ia bilang, rata-rata harga batu bara ICI-3 terkoreksi 34 persen dari USD127,8 per ton pada Januari- Desember 2022 menjadi USD84,8 per ton secara tahunan.
“Sementara, Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan,” kata dia dalam Konferensi Pers Tahun Buku 2023 PTBA di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Oleh karena itu, lanjut Arsal, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik.
BACA JUGA :
Bukit Asam Kian Gencar Bangun PLTS untuk Pertanian
“Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal,” jelas Arsal.
PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp38,5 triliun dan laba bruto sebesar Rp9,2 triliun sepanjang 2023.
Setelah dikurangi biaya usaha, maka perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp6,1, triliun selama 2023. Realisasi ini anjlok 51,5 persen jia dibandingkan dengan realisasi laba bersih 2022 yang tercatat Rp12,6 triliun.
Sedangkan total aset perusahaan per 31 Desember 2023 sebesar Rp38,8 triliun.