RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (“AEI”, BEI: “ADRO”) hari ini mengumumkan laporan keuangan konsolidasi untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2024 ke BEI/OJK.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir mengatakan: “Di tengah ketidakpastian global dan kondisi harga yang melemah, kami mempertahankan komitmen terhadap efisiensi biaya. Lebih lanjut, posisi neraca dan keuangan secara keseluruhan tetap sehat, sehingga menyediakan fleksibilitas pada saat ini.Operasi kami memulai tahun ini dengan baik, dan investasi yang kami perluas ke bisnisbisnis baru berjalan baik sesuai panduan yang telah kami tetapkan,”
Pendapatan usaha, harga jual rata-rata dan produksi
AEI mencatat pendapatan yang memuaskan sebesar $1.443 juta pada 1Q24, atau turun 22% dari 1Q23. Volume produksi dan penjualan AEI pada 1Q23 masing-masing mencapai 18,07 juta ton dan 16,48 juta ton, atau naik 15% dan 5% dari 1Q23. Peningkatan pada kinerja operasional ini mengimbangi penurunan 24% pada harga jual rata-rata (ASP) seiring berlanjutnya penurunan harga batu bara.
Beban pokok pendapatan
Beban pokok pendapatan turun 24% y-o-y menjadi $815 juta, terutama karena penurunan beban royalti, dari angka tahun sebelumnya karena penurunan ASP maupun harga acuan batu bara. Biaya penambangan naik 10% karena kenaikan volume. AEI mencatat kenaikan 17% pada pengupasan lapisan penutup menjadi 66,21 juta bcm, dan nisbah kupas 3,66x, atau naik 2% dari 1Q23. Total konsumsi bahan bakar naik 21%, sejalan dengan pertumbuhan volume. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada 1Q24 turun 22% y-o-y.
Beban usaha
Beban usaha pada 1Q24 turun 25% y-o-y menjadi $108 juta karena penurunan 39% pada pendapatan negara bukan pajak (PNBP) porsi pemerintah pusat (4%) dan pemerintah daerah (6%). Royalti kepada Pemerintah dan beban pajak penghasilan Royalti kepada Pemerintah turun 38% menjadi $302 juta dari $486 juta, sementara beban pajak penghasilan turun 22% menjadi $106 juta dari $136 juta.
EBITDA operasional dan laba inti
EBITDA operasional AEI turun 17% y-o-y menjadi $604 juta dan laba inti turun 18% menjadi $440 juta untuk 1Q24, karena penurunan ASP. Margin EBITDA operasional pada 1Q24 tetap sehat pada angka 42%. Laba bersih untuk periode ini yang mencapai $426 juta telah meliputi PNBP untuk pemerintah pusat (porsi 4%) dan pemerintah daerah (porsi 6%).
Total aset
Total aset pada akhir 1Q24 naik 7% menjadi $10.466 juta, dari $9.826 juta pada akhir 1Q23. Saldo kas pada akhir 1Q24 naik 5% menjadi $3.164 juta. Kas dan setara kas meliputi 30% total aset. Aset lancar pada akhir 1Q24 turun 3% menjadi $4.149 juta dibandingkan $4.291 juta pada akhir 1Q23. Aset non lancar pada akhir 1Q24 setara dengan kenaikan 14% dari periode tahun sebelumnya yang tercatat $6.317 juta karena kenaikan pada aset tetap. (Rama Julian)
Foto: Adaro