Resorcesasia.id, Jakarta – Penerimaan negara dari sektor hulu migas pada semester I-2017 telah melebihi target. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, per 30 Juni 2017 penerimaan negara US$ 6,48 miliar atau sekitar Rp 84,24 triliun (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.000), 59% dari target dalam APBN 2017 sebesar US$ 10,91 miliar.
“Kami optimistis akhir tahun bisa melebihi target dengan angka cukup signifikan,” kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, dalam konferensi pers di City Plaza, Jakarta, Kamis (6/7/2017).
SKK Migas, sambungnya, juga menekan biaya operasi yang dikembalikan pada kontraktor (cost recovery). Per 30 Juni 2017, cost recovery berada di angka US$ 4,87 miliar atau 46% dari yang dipatok pada APBN 2017 sebesar US$ 10,49 miliar.
Sementara rata-rata lifting minyak bumi di semester I-2017 sebesar 802.000 barel per hari (BPh) atau 98%dari target di APBN 2017 yang sebesar 815.000 BPH. Untuk gas bumi, liftingnya sebesar 6.338 MMSCFD atau 98% dari target di APBN. Secara total, lifting migas per 30 Juni 2017 adalah 1,934 juta BOEPD.
Terkait investasi hulu migas di semester I-2017, dari target di rencana program dan anggaran (Work Program and Budget/WP&B) sebesar US$ 13,8 miliar, baru terealisasi sebesar US$ 3,98 miliar atau 29% dari target. Dari investasi sebesar US$ 3,98 miliar itu, untuk eksplorasi alias pencarian cadangan minyak hanya US$ 30 juta.
“Pemerintah berupaya menggairahkan iklim investasi hulu migas di Indonesia. Mudah-mudahan pada semester II-2017 ini dampaknya sudah bisa terlihat,” tutup Amien. (Dwi)
Foto: Ist