RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Pasar kontrak minyak dan gas bumi (migas) global menghadapi gejolak, dengan penurunan nilai kontrak sebesar 37 persen selama tiga bulan pertama tahun 2024. Pada kuartal I-2024, nilai kontrak migas global hanya mencapai US$ 31,4 miliar, anjlok dibandingkan kuartal IV-2024 yang sebesar US$ 50,2 miliar.
Menurut GlobalData, penurunan ini juga disertai dengan penurunan dalam volume kontrak secara keseluruhan. Dalam laporan terbarunya yang berjudul “Oil and Gas Industry Contracts Review by Sector, Region, Terrain, Planned and Awarded Contracts and Top Contractors and Issuers, Q1 2024 ,” perusahaan data dan analitik ini mengungkapkan bahwa keseluruhan volume kontrak menurun dari 1.346 pada kuartal IV-2023 menjadi 1.142 pada kuartal I-2024.
“Banyak proyek industri migas tradisional tertunda atau ditunda karena kekhawatiran terhadap prospek permintaan di negara-negara konsumen di tengah ancaman resesi dan tingginya inflasi. Ini jelas terlihat dari penurunan nilai dan volume kontrak,” ujar analis migas GlobalData, Pritam Kad, dalam siaran pers yang diperoleh redaksi, Kamis (23/5).
Menurut Kad, lingkup Operation and Maintenance (O&M) mencakup 59 persen dari total kontrak pada kuartal I-2024, diikuti oleh lingkup pengadaan sebesar 16 persen, dan kontrak dengan berbagai cakupan, seperti konstruksi, desain dan rekayasa, instalasi, O&M, dan pengadaan menyumbang 13 persen
Beberapa kontrak penting selama kuartal ini di antaranya adalah kontrak konstruksi Samsung Heavy Industries senilai US$ 3,44 miliar untuk 15 kapal pengangkut LNG, dengan masing-masing berkapasitas 174.000 m3, dan gabungan dua kontrak lumpsum Tecnicas Reunidas dan Sinopec Engineering Group senilai US$ 3,3 miliar dari Saudi Aramco untuk Engineering, Procurement, and Construction (EPC) fasilitas fraksinasi Riyas Natural Gas Liquids (NGL) di Arab Saudi.
Sementara di sektor petrokimia, Tecnimont mencatat kontrak sekitar US$ 1,1 miliar dari Sonatrach untuk Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC) pabrik Linear Alkyl Benzene (LAB) baru dengan kapasitas 100.000 ton per tahun (tpa) dan infrastruktur utilitas di Aljazair timur.
“Sebaliknya, harga minyak diperkirakan akan menguntungkan bagi produsen karena potensi gangguan pasokan yang timbul dari risiko geopolitik. GlobalData memperkirakan proyek-proyek yang tertunda atau hampir selesai kemungkinan besar akan dimajukan dalam jangka menengah,” ungkap Kad. (RA)
Foto: ist