RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Berkomitmen jalankan upaya dekarbonisasi dan efisiensi energi dalam aktivitas produksi migas, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina konsisten kembangkan terobosan baru. Melalui beberapa inovasi yang dipatenkan, tiga operator wilayah kerja Regional Jawa yakni PHE ONWJ, PHE OSES dan Pertamina EP area Jawa bagian barat, berhasil sabet Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi dari Kementerian ESDM pada Senin (30/10).
Sebanyak 5 piagam diperoleh atas beberapa capaian inovasi, salah satunya dalam mengoptimalkan kinerja kompresor gas yang dijuluki LEBAH (Implementasi Liquid Elimination Based On Phase Envelope) seperti yang dilakukan PHE ONWJ. Begitu pula dengan PHE OSES, perusahaan ini mengangkat inovasi efisiensi energi dan peningkatan keandalan distribusi listrik di operasi migas lepas pantai menggunakan Voltus-V.
Sedangkan di wilayah kerja migas onshore, Pertamina EP (PEP) area Jawa bagian barat melalui ketiga lapangannya yakni di Tambun, Subang dan Jatibarang mengimplementasikan inovasi Pilitem (Pipa Lilit Tembaga) untuk optimalisasi energi eksisting untuk meningkatkan produksi kondensat; inovasi penggunaan metode dan alat Tulip (Tubing Relief Plug); dan peningkatan kualitas sales gas dengan aplikasi Zeolite.
Sejalan dengan mandat untuk mencapai target penurunan emisi karbon di sektor energi seperti yang disampaikan Kementerian ESDM, melalui program dekarbonisasi selama semester pertama 2023, Regional Jawa berhasil mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 190.919 ton CO2e, salah satunya melalui penerapan efisiensi gas fuel.
BACA JUGA : Dukung Fase Operasi Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru, PEPC Gelar Commissioning Training
Mengulas sekilas terkait metode LEBAH yang dikembangkan oleh PHE ONWJ, inovasi ini merupakan solusi untuk mengeliminasi cairan yang masuk ke sistem kompresor di anjungan lepas pantai Bravo, sehingga dapat memaksimalkan performa kompresor gas. “Hasil utama yang diharapkan dari inovasi ini adalah peningkatan efisiensi energi dari own used gas karena kompresor gas dapat beroperasi secara maksimal,” ungkap Muhamad Arifin, General Manager PHE ONWJ.
Sebelumnya, operasional di anjungan Bravo mengalami kendala pada GTC (Gas Turbine Compressor) yang diakibatkan oleh penurunan kinerja kompresor. Penurunan performa kompresor gas sendiri disebabkan adanya fase liquid yang terbawa masuk ke dalam kompresor.
Wisnu Hindadari, Direktur Regional Jawa mengatakan, dengan adanya terobosan inovasi ini membawa dampak terjaganya keberlangsungan pasokan gas jual dari perusahaan ke konsumen, dalam hal ini PT Pupuk Kujang. Lapangan Bravo berkontribusi berhasil menjaga volume gas jual sebesar 13 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dari kompresor gas. (Rama)
Foto : Dok PHE ONWJ