RESOURCESASIA.ID, BOJONEGORO – Dalam upaya berkontribusi mengurangi jejak emisi karbon, PEPC menginisiasi pembuatan piloting hutan sekolah di sekitar area operasi Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB). Menyambut hal ini SMP Negeri 1 Ngasem membuat kebijakan peraturan terkait penetapan kawasan hutan sekolah dan melakukan sosialisasi kepada para dewan guru, siswa, dan para pihak yang tergabung dalam Komite Gerakan Imbal Jasa.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan agar keberadaan hutan sekolah dapat terus berkelanjutan dan lahan hutan tersebut tidak beralih fungsi untuk hal lain demi keberlanjutan upaya pengurangan jejak emisi karbon.
Kepala Sekolah SMPN 1 Ngasem mengeluarkan SK Hutan Sekolah yang menetapkan bahwa setengah hektar lahan di komplek sekolahnya dijadikan sebagai kawasan hutan sekolah. Disaksikan oleh General Manager PEPC Zona 12 Mefredi, kegiatan ini berlangsung di SMPN 1 Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (25/9/2024). Pada kesempatan tersebut, Mefredi menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak baik sekolah maupun mitra pelaksana sehingga dapat merealisasikan program di tahun ketiga ini.
Ditambahkan Mefredi, saat ini dunia dan komunitas internasional sama-sama memiliki perhatian dalam penanganan perubahan iklim. Isu pemanasan global menjadi atensi berbagai pihak, termasuk industri migas dalam menyikapi climate change. Untuk itu program pengurangan jejak emisi karbon yang diinisiasi oleh PEPC ini perlu sama-sama dikawal agar membuahkan hasil.
BACA JUGA:
Capai Produksi Kapasitas Penuh, PEPC JTB Siap Salurkan Gas Ke Industri di Jawa Timur dan Jawa Tengah
“Bukan hanya perusahaan, namun pada level negara pun juga terus menggalakan upaya-upaya pengurangan jejak emisi karbon yang terus berkelanjutan, sehingga membuahkan manfaat untuk generasi mendatang. Semoga program di SMPN 1 Ngasem betul-betul menjadi berkah untuk lingkungan sekitar,” terangnya.
Kepala Sekolah SMPN 1 Ngasem Endro Setyo Widodo mengucapkan terima kasih atas dukungan manajemen PEPC untuk bermitra dalam upaya pengurangan jejak emisi karbon di lingkungan sekolah. Menurut Endro program yang berorientasi pada lingkungan di sekolahnya dapat berjalan dengan baik berkat dukungan PEPC.
“Suatu kebanggaan kami bisa mendapat perhatian manajemen PEPC. Dengan adanya program ini cukup menenangkan kami karena ada kelanjutan dari program-program sebelumnya. Prioritas kebersihan udara dan lingkungan asri yang diusung sekolah kami berjalan dengan baik berkat edukasi dan program PEPC dalam penghitungan jejak karbon bagi siswa kami. Harapan kami, mereka akan semakin paham bahwa semua yang dipelajari di sekolah ada kaitannya dan menjadi bekal bagi mereka dalam menciptakan lingkungan yang baik dan sehat,” paparnya.
SMPN 1 Ngasem merupakan salah satu sasaran program pengurangan jejak emisi karbon berbasis sekolah di sekitar area JTB. Di SMPN 1 Ngasem ini warga sekolah yang terdiri dari dewan guru, siswa dan wali murid telah diajarkan bahwa setiap individu dalam melakukan semua aktivitas hariannya menghasilkan emisi karbon melalui kalkulasi emisi karbon. Dari sana para siswa dan seluruh elemen sekolah menerapkan perilaku yang lebih ramah lingkungan dan dapat mengurangi besarnya karbon yang ditimbulkan. Lebih dari itu, kesadaran para warga sekolah pun semakin meningkat dengan adanya pengetahuan tersebut.
Dalam kegiatan ini para peserta forum juga berkesempatan melakukan sharing dan diskusi bersama mitra dan komite gerakan imbal jasa tentang perjalanan dan capaian program ini yang telah memasuki tahun ke tiga, serta pemaparan 3D visual masterplan hutan sekolah oleh mitra pelaksana. Diharapkan keberhasilan program ini dapat mendukung tercapainya target SMPN 1 Ngasem yang hendak meningkatkan statusnya saat ini sebagai Sekolah Adiwiyata Provinsi menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional. Termasuk menjadikan SMPN 1 Ngasem sebagai rujukan bagi sekolah dan lingkungan sekitar dalam menciptakan lingkungan sehat dan asri yang berkelanjutan. (Rama Julian)
Foto: Dok PEPC