Resourcesasia.id, Jakarta PT Aneka Tambang (Antam) terus mencari sumber
cadangan emas baru seiring makin menipisnya cadangan di Tambang
Pongkor, Bogor, dan Tambang Cibaliung di Banten. Selain mencari lokasi
baru, Antam juga siap mengakuisisi tambang emas.
Demikian dikemukakan Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo pada buka puasa bersama dengan editor
bisnis, energi, dan tambang yang tergabung dalam Editor Energy Society
(E2S) di Kranstkring Peleis Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2017).
Turut mendampingi Dirut di antaranya Direktur Keuangan Dimas
Wikan Pramudhito, Direktur Pemasaran Tatang Hendra ST MSi,
Direktur Pengembangan Sutrisno S Tetetdagat, Direktur Operasi Hari
Widjajanto, dan VP Corporate Secretary PT Antam Aprilandi Hidayat
Setia.
Arie mengatakan, ada beberapa lokasi yang sedang dijajaki, yakni di
salah satu lokasi dekat dengan tambang PT Freeport Indonesia dan IUP
eksplorasi yang dimiliki Antam di Oxibil, Papua.
“Namun untuk lokasi yang satu itu tantangan terbesarnya dari sisi
keamanan. Lokasinya dekat perbatasan dengan Papua New Gini,” ujar
Arie.
Lokasi lainnya, tambah Arie, ada di Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Untuk ini, Antam sudah bertemu dengan Gubernur NTB Muhammad
Zainul Majdi karena kewenangan perizinan sudah menjadi kewenangan
gubernur.
Antam juga bekerja sama dengan Newcrest Mining, perusahaan tambang
asal Australia untuk melakukan kegiatan eksplorasi pada beberapa
daerah di Indonesia.
“Newcrest Mining akan mendukung dengan pendanaan sementara Antam lewat
anak usaha Geomin akan menyediakan geologi handal dalam melakukan
kegiatan eksplorasi,” katanya.
Menurutnya, Newcrest menyediakan dana dan Antam menyediakan tenaga.
Jika ditemukan cadangan dan kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi dan
eksploitasi, maka dana yang dikeluarkan akan dihitung sebagai
pinjaman. “Kalau tidak ditemukan cadangan maka dianggap hilang,” ungkap Arie.
Dari sisi kinerja perusahaan, Antam menorehkan peningkatan laba bersih
pada kuartal pertama 2017 senilai Rp 6,64 miliar atau naik 25 persen
dibandingkan laba bersih di kuartal pertama tahun lalu.
Dari sisi penjualan, Antam mencatat nilai penjualan sebesar Rp 1,65
triliun dengan komoditas emas menjadi kontributor terbesar, yakni 70
persen dari total penjualan atau senilai Rp 1,16 triliun.
Komiditas feronikel memberi kontribusi terbesar kedua dari total
pendapatan unaudited perusahaan. Yakni menyumbang Rp 365 miliar atau
22 persen dari total penjualan bersih pada periode pertama 2017.
Untuk ekspor, Antam telah memulai penjualan bijih nikel kadar rendah
ke luar negeri seiring didapatkannya rekomendasi ekspor bijih mineral
dari Kementerian ESDM RI.
Sebagai langkah awal, Antam telah mengekspor 165.000 wet metric ton
(wmt) bijih nikel ke Tiongkok dan tengah mempersiapkan jadwal shipping
selanjutnya.
“Antam telah mendapatkan izin ekspor sebesar 2.7 juta wmt bijih nikel
dan 850.000 wmt bijih bauksit,” kata Arie. (RA)
Foto: Dok Resourcesasia