RESOURCESAISA.ID, JAKARTA – Untuk merealisasikan Visi bersama kembali meraih second golden era, Road To 1 Million Barrel, SKK Migas terus melakukan berbagai langkah dengan berbagai terobosan dan inovasi untuk mewujudkan operational excellence yang dapat meningkatkan efisiensi, kecepatan dan akurasi di sektor hulu migas.
Di era Revolusi Industri 4.0, sektor hulu migas harus melakukan perubahan dan mampu menerapkan industri 4.0 guna dapat meningkatkan daya saing agar sektor ini tetap kompetitif dan mampu menarik investasi.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh SKK Migas adalah mendorong penerapan digitalisasi yang lebih masif yang mampu mengintegrasikan operasional SKK Migas dan Kontraktor KKS.
Sebagai salah satu bagian pelaksanaan transformasi SKK Migas untuk membangun organisasi as center of excellence dan digitalisasi, SKK Migas telah membangun Integrated Operation Center (IOC) yang diharapkan dapat menjadi salah satu lompatan maju SKK Migas untuk melakukan akselerasi operational excellence di sektor hulu migas.
“Hari ini, bertepatan dengan tanggal 31 Desember 2019 atau beberapa saat menjelang pergantian tahun 2020, SKK Migas melakukan launching Integrated Operation Center (IOC).
Sebuah sistem yang dapat melakukan day to day monitoring operation secara real time sehingga memudahkan SKK Migas mendapatkan akses data setara KKKS sebagai operator dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan di wilayah operasi KKKS.
Dengan IOC, akan menjadikan SKK Migas dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif dan melakukan berbagai tindakan preventif dengan memberikan masukan-masukan kepada KKKS dalam melaksanakan operasionalnya sebelum sebelum terjadi kejadian negatif sebagaimana yang ada di tahun 2019, sehingga menghambat target produksi migas”, kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Pelaksanaan Work, Program & Budget 2019 oleh KKKS harus diakui masih membutuhkan perbaikan, adanya accident KKKS dan kebakaran hutan di Sumatera yang memberikan dampak pada produksi migas, hambatan untuk melakukan pengawasan dalam pelaksanaan proyek dan operasional KKKS karena terkendala jarak dan waktu, menjadi salah satu tantangan dan harus diatasi, agar pelaksanaan di tahun 2020 dan seterusnya dapat berjalan lebih baik.
Maka membangun digitalisasi melalui Integrated Operation Center (IOC) adalah salah satu inovasi dan langkah maju SKK Migas dalam menggunakan teknologi untuk mendukung pencapaian target hulu migas.
IOC tersebut mencakup beberapa layanan pengelola kinerja yang terhubung dengan KKKS sehingga produksi, manajemen fasilitas, kegiatan pengeboran (drilling), dan kegiatan operasi lifting migas bisa terpantau secara realtime dan online. IOC juga dirancang sebagai working collaborative environment.
Dengan adanya IOC, maka SKK Migas tidak lagi pasif dan menunggu laporan dari Kontraktor KKS.
Tetapi SKK Migas dapat lebih aktif melakukan pengawasan dan dapat membantu KKKS dengan memberikan saran-saran kepada KKKS, room of improvement agar tidak hanya terpaku untuk memenuhi target-target yang telah ditetapkan dalam Work, Plan & Budget, tetapi mendorong KKKS untuk mencapai target yang lebih tinggi lagi.
“Dengan telah beroperasinya IOC maka KKKS tidak dapat lagi santai-santai dalam melaksanakan programnya. Dengan data yang real time, tidak ada lagi yang disembunyikan, oleh karena itu kami mengajak KKKS untuk lebih melihat adanya peluang dari integrase data ini melalui peningkatan kolaborasi yang lebih intens antara SKK Migas dan KKKS. Mari kita kaji setiap potensi yang ada dan bersama-sama kita melakukan best effort”, kata Dwi Soetjipto.
Kecepatan dan keakuratan data menjadi salah satu kunci penting bagi SKK Migas dalam mengambil keputusan.
Tentu saja setiap keputusan yang diambil diharapkan dapat mendorong daya saing dan efisiensi yang lebih kuat agar sektor hulu migas dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal bagi negara.
Layanan dan aplikasi yang tergabung di dalam IOC saat ini diantaranya yaitu, Sistem Operasi Terpadu (SOT) for Production Dashboard, Oil and Gas Lifting Dashboard, Stock Management Dashboard, Plant Information Management System (PIMS), Facility Maintenance Monitoring and Project Monitoring, Vessel Tracking Information System (VTIS), Real Time Drilling Operation, dan Emergency Response Center (ERC).
Dwi Soetjipto menambahkan, “Sebelumnya IOC sudah dilakukan soft launch oleh Menteri ESDM pada tanggal 16 Desember 2019, pada saat acara Raker SKK Migas. Saat ini IOC sudah dilakukan perbaikan dan peningkatan berdasarkan masukan dan diskusi dengan KKKS pada saat manajemen SKK Migas melakukan kegiatan monitoring lifting akhir tahun 2019 di 6 (enam) lokasi lifting yang di Jawa, Kalimantan dan Sumatera tanggal 26-28 Desember 2019”.
Saat ini, untuk pelaporan produksi, stok, dan lifting minyak dan gas bumi di Indonesia sudah dapat diakses secara online melalui IOC dan database sudah terintegrasi dengan 95 persen Kontraktor Kontrak Kerja Sama produksi, sehingga sudah mencerminkan kondisi operasi KKKS secara nasional.
Integrasi dengan KKKS lainnya terus berlangsung sehingga seluruh KKKS nantinya dapat terhubung melalui IOC.
Salah satu upaya untuk mempertahankan produksi existing tetap optimal dan menambah produksi melalui sumur baru, sampai 31 Desember 2019 pukul 12.00 telah dilakukan pekerjaan workover sebanyak 821 atau 130% dibandingkan pencapaian tahun 2018 sebanyak 821 pekerjaan workover.
Untuk pekerjaan well service dari target 29.260 di tahun 2019 sampai 31 Desember 2019 pukul 12.00 telah diselesikan 29.365 atau 100,4%.
Untuk pekerjaan development wells drilling telah dicapai 320 drilling atau 105% dibandingkan target 2019 dan lebih besar 115% dibandingkan capaian tahun 2018. Adapun untuk seismic 2D mencapai 12.169 km atau lebih besar 229% diatas target 2019 sebesar 5.318 km.
Untuk seismic 3D mencapai 6.837 km atau 87% dari target 2019, dan jika dibandingkan realisasi 2018 sepanjang 1.188 km maka capaian seismic 3D meningkat 475%.
“Tingginya target workover, well service, drilling, seismic 2D dan 3D di tahun 2019 dibandingkan 2018 menunjukkan kerja keras yang dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS untuk mendapatkan kinerja optimal ditahun 2019. Patut disyukuri mayoritas target 2019 dapat dicapai, dan jika dibandingkan 2018 maka aktivitas operasional 2019 jauh lebih banyak dibandingkan 2018”, kata Dwi Soetjipto
“Saat ini di IOC juga telah mampu memonitor pelaksanaan pekerjaan drilling, sehingga upaya masif SKK Migas dan KKKS menggenjot drilling di tahun 2020 dalam upaya menemukan cadangan migas baru, akan semakin memudahkan dalam melakukan pengawasan dan monitoring. Sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan jika ada potensi keterlambatan pekerjaan drilling”, ujar Dwi Soetjipto.
Beberapa informasi online dan real time di IOC saat ini mencakup antara lain :
Oil & Gas production/lifting :
59 points of lifting/terminal
204 points of gas sales
Production Facility Maintenance :
Lebih dari 15.000 turbomachinery & rotating equipment
Lebih dari 19.000 pipelines, pressure vessel & tank
Lebih dari 600 platforms
Exploration/Exploitation drilling
Vessel Tracking
Pada fase pertama pengembangan IOC telah dihasilkan integrasi dan pengawasan secara online dan real time. Untuk fase pengembangan tahap berikutnya, IOC akan dilengkapi dengan data management & analytic.
Dengan telah beroperasinya IOC maka diharapkan dapat mendukung pula upaya SKK Migas meningkatkan produksi migas. Adapun strategi SKK Migas dalam meningkatkan produksi migas nasional adalah : Mempertahankan tingkat produksi existing tetap tinggi, Transformasi sumberdaya ke cadangan, Mempercepat chemical EOR, Eksplorasi untuk penemuan besar. (RA)
Foto: SKK Migas