RESOURCESASIA.ID, LAMPUNG – Di era modernisasi saat ini, peran perempuan tidak hanya sebagai penggerak ekonomi keluarga namun telah bertransformasi menjadi penggerak ekonomi bangsa. PT Pertamina (Persero) Pemasaran Regional Sumatera Bagian Selatan berkolaborasi dengan Asosiasi Kelompok Wanita Tani (ASKOWANI), Pemerintah Daerah dan Yayasan Rumah Energi mengembangkan Desa Energi Berdikari di Lampung Tengah.
Program Desa Energi Berdikari berupa pembangunan 40 unit teknologi biogas dan 40 unit instalasi cocok tanam rumah hidroponik untuk 40 rumah tangga warga Lampung Tengah yang terdiri dari 166 anggota keluarga penerima manfaat.
Pengembangan Program Energi ini bertujuan menciptakan kemandirian energi, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, peningkatan perekonomian keluarga, dan pemberdayaan masyarakat untuk pemanfaatan energi terbarukan berbasis masyarakat melalui pembangunan rumah biogas terintegrasi dengan penerapan cocok tanam hidroponik rumahan dalam rangka mendukung Pemerintah Daerah mencapai target tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dalam kunjungannya, Executive General Manager Regional Sumbagsel, Asep Wicaksono Hadi bersama VP CSR & SMEPP Management, Arya Dwi Paramita melakukan peninjauan dan evaluasi Program Energi Berdikari di 3 desa, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. Kegiatan monitoring diakhiri dengan peresmian aula ASKOWANI dan rumah percontohan biogas bantuan Pertamina sebagai bentuk komitmen Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
Acara peresmian dihadiri oleh Camat Kecamatan Punggur. Aula ASKOWANI, selain dijadikan rumah percontohan biogas juga sebagai rumah display untuk produk-produk UMKM Binaan Pertamina serta dijadikan aula untuk mendukung pembinaan kelompok-kelompok wanita tani yang tergabung dalam Asosiasi Wanita Tani. Aula ini juga mengembangkan konsep ramah energi dimana fasilitas yang tersedia 1000 watt panel surya untuk penerangan dan dapur yang dilengkapi Instalasi biogas.
Terkait dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB), melalui program ini Pertamina mendukung Pemerintah Daerah didalam pencapaian TPB 2, 7, 8, dan 13, yaitu ketahanan pangan, energi bersih dan terjangkau, mendorong pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta penanganan perubahan iklim.
Pembangunan unit biogas menghasilkan energi terbarukan yang dapat menjadi alternatif bahan bakar memasak pengganti penggunaan LPG subsidi 3 Kg yang sebelumnya digunakan oleh penerima manfaat (TPB 7) sekaligus pemanfaatan ampas biogas atau biasa disebut bio-slurry skala rumah tangga yang mendorong ketahanan pangan keluarga (TPB 2). Selain itu, program ini berkontribusi untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan penghematan serta peningkatan ekonomi masyarakat (TPB 8).
Program Desa Energi Berdikari ini diharapkan dapat terus berjalan dan mampu berkembang karena memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan berbasis masyarakat, dan kami berterima kasih karena program ini mendapat dukungan yang besar dari Pemerintah Daerah sehingga kemandirian masyarakat bersama-sama dapat terus kita kembangkan,”ujar Arya Dwi Paramita, VP CSR & SMEPP Management.
Selama lebih dari tiga bulan program telah berjalan, dampak signifikan yang didapatkan oleh penerima manfaat program adalah peningkatan ekonomi keluarga. Tercatat penghematan pengeluaran untuk tiga tabung LPG Subsidi 3 Kg senilai hingga Rp75.000,- per keluarga per bulan, penghematan dengan menanam sayur untuk konsumsi keluarga yang dihasilkan dari hidroponik sekitar Rp150.000,- per keluarga per bulan sehingga total penghematan senilai Rp225.000,- per keluarga per bulan.
Tak hanya itu, program ini telah membuka lapangan pekerjaan baru untuk 33 orang tenaga kerja untuk pembangunan biogas dan 6 orang tenaga kerja untuk instalasi cocok tanam hidroponik rumahan. Selain itu, dengan mendapatkan pupuk gratis bio-slurry penerima manfaat dapat menggunakannya untuk lahan pertanian sendiri senilai 450 Kg per bulan atau peluang usaha penjualan kembali bio-slurry senilai Rp675.000,- per keluarga per bulan.
Sebagai bukti komitmen Pertamina untuk terus mengembangkan mitra binaannya, strategi yang dilakukan untuk keberlanjutan program adalah dilakukannya pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan teknologi biogas rumah, perbaikan reaktor biogas dan penggantian apliansi dilaksanakan oleh Biogas Service Center (BSC) setempat, serta pelatihan pemanfaatan dan pengolahan bio-slurry untuk pertanian berkelanjutan.
“Saya berharap energi terbarukan biogas dapat terus dikembangkan sehingga lingkungan menjadi lebih bersih dan tersedianya gas untuk memasak setiap waktu. Biasanya saya memasak menggunakan gas LPG 3 Kg, 2 hingga 3 tabung per bulannya untuk keperluan memasak di rumah setelah adanya biogas, saya sama sekali tidak menggunakan LPG 3 Kg untuk kebutuhan sehari-hari. Saya mengembangkan bio-slurry untuk menanam sayuran dan untuk memenuhi pakan lele sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga, karena dapat mengurangi biaya pupuk dan pakan,” ujar Khasanah sebagai salah satu penerima manfaat program energi berdikari, Lampung Tengah.
“Sebelum pasang biogas, saya mengisi token listrik Rp50.000,- untuk 14 hari saja. Setelah pakai biogas sebagai pengganti rice cooker , pemakaian token listrik Rp50.000,- bisa sampai 20 hari,” ucap Masrokah salah satu penerima manfaat dari Desa Ngestirahayu, Lampung Tengah.
“Setelah ada bio-slurry , saya sudah tidak pakai pupuk kimia sama sekali untuk sayuran. Biasanya untuk 1 masa tanam, saya mengeluarkan Rp75.000,- untuk pupuk kimia. Sekarang setelah ada biogas saya tidak perlu beli pupuk lagi. Hasil sayuran saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan saya jual juga,” tambah Jupri, suami dari Jatun sebagai penerima manfaat dari Desa Gunung Sari, Lampung Tengah.
Berbagai manfaat yang ditawarkan oleh teknologi biogas tak hanya gasnya yang digunakan untuk memasak, namun juga bio-slurry yang dapat digunakan sebagai pupuk alami dalam bentuk cair maupun padat. Bio-slurry kaya akan nutrisi dan mikroba probiotik yang memiliki keunggulan dalam pembenahan struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Sehingga berdampak kepada kualitas dan kuantitas hasil panen.
Dengan profil penerima manfaat yang berprofesi sebagai peternak dan petani, pemanfaatan bio-slurry untuk instalasi cocok tanam rumahan hidroponik begitu tepat guna. Program energi berdikari merupakan salah satu kontribusi Pertamina dalam penanganan perubahan iklim (TPB 13) dengan penurunan gas emisi sekitar 2,6 ton CO2e per reaktor per tahun atau setara dengan total 104 ton CO2e per tahun dari 40 unit biogas terbangun.
Kegiatan monitoring Program Desa Mandiri Energi & peresmian aula ASKOWANI yang merupakan rumah percontohan biogas serta rumah display untuk produk-produk UMKM binaan telah dilaksanakan sejak tanggal 2-5 Maret 2020. (RJ)
Foto: Dok Pertamina